SuratAl-A’raf (7):54 “Sesungguhnya Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy (tahta), Dia menutupkannya malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. Surat Al Baqarah (2):255 (atau ayat kursi) “menyatakan hanya Allah sajalah yang terkemuka di akhirat
Keajaibanayat 103 · dapat menjauhkan seseorang dari fitnah. Amyotrophic lateral sclerosis, or als, is a disease that attacks the nerve cells in your brain an. Orang yang telah terbuka pintu khasafnya akan memiliki begitu banyak kelebihan. 41,069 views • dec 28, 2020 • #khasiatsurat#khasiatsuratalanam#khasiatayat#khasiatalquran show more.
LAATUDRIKUHUL ABSHOORU WAHUWA YUDRIKUL ABSHOORO WAHUWAL LATHIIFUL KHOBIIR 100 X (Surat Al An’am ayat 103) 2. FAKASYAFNAA ‘ANGKA GHITHOO-AKA FABASHORUKAL YAUMA HADIID 100 X wirid asmaul husna terutama asma ar rohiim al waduud,, c. Bersifat pengasihan secara umum, plus wirid ya Rohim ya Waduud,, bisa juga
cash.
لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ Laa tudrikuhul absaaru wa Huwa yudrikul absaara wa huwal Lateeful Khabeer English Translation Here you can read various translations of verse 103 Vision perceives Him not, but He perceives [all] vision; and He is the Subtle, the Acquainted. Yusuf AliNo vision can grasp Him, but His grasp is over all vision He is above all comprehension, yet is acquainted with all things. Abul Ala MaududiNo visual perception can encompass Him, even though He encompasses all visual perception. He is the All-Subtle, the All-Aware. Muhsin KhanNo vision can grasp Him, but His Grasp is over all vision. He is the Most Subtle and Courteous, Well-Acquainted with all things. PickthallVision comprehendeth Him not, but He comprehendeth all vision. He is the Subtile, the Aware. Dr. GhaliBeholdings eyesights cannot perceive Him, and He perceives be holdings and He is The Ever-Kind, The Ever-Cognizant. Abdel HaleemNo vision can take Him in, but He takes in all vision. He is the All Subtle, the All Aware. Muhammad Junagarhiاس کو تو کسی کی نگاه محیط نہیں ہوسکتی اور وه سب نگاہوں کو محیط ہو جاتا ہے اور وہی بڑا باریک بین باخبر ہے Quran 6 Verse 103 Explanation For those looking for commentary to help with the understanding of Surah Al-An’am ayat 103, we’ve provided two Tafseer works below. The first is the tafseer of Abul Ala Maududi, the second is of Ibn Kathir. Ala-Maududi 6103 No visual perception can encompass Him, even though He encompasses all visual perception. He is the All-Subtle, the All-Aware. There is no commentary by Abul Maududi available for this verse. Ibn-Kathir The tafsir of Surah Al-Anam verse 103 by Ibn Kathir is unavailable here. Please refer to Surah Anam ayat 102 which provides the complete commentary from verse 102 through 103. Quick navigation links
103. لَّا تُدْرِكُهُ ٱلْأَبْصَٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصَٰرَ ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ lā tudrikuhul-abṣāru wa huwa yudrikul-abṣār, wa huwal-laṭīful-khabīr 103. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Tafsir Pada ayat ini menggunakan kata الإِدْرَاكُ, yang artinya mencapai atau meliputi secara keseluruhan. Kaum Muktazilah menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa Allah ﷻ tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di Akhirat. Mereka memaknai الإِدْرَاكُ dengan melihat’, sehingga makna ayat adalah bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan penglihatan mata. Pendapat ini dibantah oleh para ulama dari kalangan Ahlusunah maupun Asya’irah, meskipun Asya’irah sedikit berbeda dengan Ahlusunah dalam masalah ini. Di antara bantahan terhadap muktazilah dalam masalah ini adalah sebagai berikut Pertama Secara bahasa, makna الإِدْرَاكُ adalah الإِحَاطَةُ meliputi secara keseluruhan, bukan الرُّؤيَة melihat. Di antara dalilnya adalah firman Allah ﷻ, ﴿فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَىٰ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ﴾ “Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. QS. Ash Shu’ara 61 Di sini kata الإِدْرَاكُ tidak dimaknai dengan melihat, akan tetapi dengan tersusul terkepung/terliputi. Tidak tepat jika الإِدْرَاكُ pada ayat ini dimaknai dengan melihat, karena kedua golongan itu memang sudah saling melihat sebelumnya. Kedua Kelanjutan ayat 103 dari surah Al-An’am ini, yaitu ﴿وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَۖ ﴾ “… sedang Dia dapat meliputi seluruh penglihatan ...” Sungguh tidak tepat apabila الإِدْرَاكُ pada ayat di atas dimaknai dengan penglihatan, sehingga maknanya “Sedang Dia dapat melihat seluruh penglihatan”, karena penglihatan adalah sesuatu yang abstrak. Makna yang tepat dari الإِدْرَاكُ pada ayat di atas adalah meliputi, yakni meliputi seluruh penglihatan secara mutlak nan sempurna. Ketiga Ayat ini ditujukan untuk memuji Allah ﷻ, sedangkan tidak dapat terlihatnya sesuatu bukanlah merupakan suatu pujian. Allah ﷻ tidak sedang memuji diri-Nya karena tidak dapat terlihat. Akan tetapi Allah ﷻ hendak memuji diri-Nya, lantaran meskipun Dia ﷻ dapat terlihat, namun tiada suatu penglihatan pun yang dapat meliputiNya secara keseluruhan. Sebagaimana Allah ﷻ dapat diketahui, namun tiada satu pengetahuan atau akal pun yang dapat meliputi dan mengetahui segala sesuatu tentang Allah ﷻ. Oleh karenanya Allah ﷻ berfirman, ﴿يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا﴾ “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” QS. Ta Ha110. Allah ﷻ juga dapat dipuji, namun tiada apa pun yang mampu memujiNya secara sempurna. Nabi Muhammad ﷺ pernah berdoa, لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ “Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu. Sungguh Engkau sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”[1] Di akhir ayat, Allah ﷻ menyebut salah satu asma-Nya, yaitu Al-Lathif, yakni Mahahalus. Terdapat dua penafsiran di kalangan ulama terkait makna Al-Lathif. Pertama, yakni bahwa Allah ﷻ Maha mengetahui segala sesuatu yang halus/pelik. Kedua, yakni Allah ﷻ menyampaikan kebaikan kepada para makhluk dengan cara yang halus, tanpa disadari oleh mereka. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Yusuf Alahissalam, ketika Allah ﷻ menyampaikan kenikmatan kepada beliau Alahissalam secara halus, di sela-sela berbagai ujian yang menerpa beliau Alahissalam. beliau Alahissalam pun menyadari sifat Allah ﷻ yang luar biasa nan sempurna ini, sehingga beliau Alahissalam berkata, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, ﴿وَقَالَ يَاأَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّاۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِيۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ﴾ “Yusuf pun berkata, “Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan hubungan antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. Yusuf 100 Sedangkan makna asma-Nya, Al-Khabir, adalah Maha mengetahui secara detail. Dapat dikatakan bahwa secara makna, Al-Khabir tidak jauh berbeda dengan Al-Lathif pada maka al-Lathif yang pertama. ________________ Footnote [1] HR. Muslim No. 486
pengasihan surat al an am ayat 103